Jumat, 23 Mei 2014

Metode belajar Investigasi



Model Pembelajaran Investigasi
a  
 
  A.   Pengertian Investigasi
Investigasi atau penyelidikan merupakan kegiatan pembelajaran yang memberikan kemungkinan siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan dan hasil benar sesuai pengembangan yang dilalui siswa (Soppeng, 2009) . Kegiatan belajarnya diawali dengan pemecahan soal-soal atau masalah-masalah yang diberikan oleh guru, sedangkan kegiatan belajar selanjutnya cenderung terbuka, artinya tidak terstruktur secara ketat oleh guru, yang dalam pelaksananya mengacu pada berbagai teori investigasi.
Menurut Height (dalam Krismanto, 2004), investigasi berkaitan dengan kegiatan mengobservasi secara rinci dan menilai secara sistematis. Jadi investigasi adalah proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan selanjutnya orang tersebut mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat membandingkannya dengan perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau lebih hasil.
Talmagae dan Hart (dalam Soppeng, 1977) menyatakan bahwa investigasi diawali oleh soal-soal atau masalah-yang diberikan oleh guru, sedangkan kegiatan belajarnya cenderung terbuka, artinya tidak terstruktur secara ketat oleh guru. Siswa dapat memilih jalan yang cocok bagi mereka. Seperi halnya Height, mereka menyatakan pula bahwa karena mereka bekerja dan mendiskusikan hasil dengan rekan-rekannya, maka suasana investigasi ini akan menjadi satu hal yang sangat potensial dalam menunjang pengertian siswa.
Menurut Soedjadi (dalam Sutrisno, 1999 : 162), model belajar “investigasi” sebenarnya dapat dipandang sebagai model belajar “pemecahan masalah” atau model “penemuan”. Tetapi model belajar “investigasi” memiliki kemungkinan besar berhadapan dengan masalah yang divergen serta alternatif perluasan masalahnya. Sudah barang tentu dalam pelaksanaannya selalu perlu diperhatikan sasaran atau tujuan yang ingin dicapai, mungkin tentang suatu konsep atau mungkin tentang suatu prinsip
Pada investigasi, siswa bekerja secara bebas, individual atau berkelompok. Guru hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator yang memberikan dorongan siswa untuk dapat mengungkapkan pendapat atau menuangkan pemikiran mereka serta menggunakan pengetahuan awal mereka dalam memahami situasi baru. Guru juga berperan dalam mendorong siswa untuk dapat memperbaiki hasil mereka sendiri maupun hasil kerja kelompoknya. Kadang mereka memang memerlukan orang lain, termasuk guru untuk dapat menggali pengetahuan yang diperlukan, misalnya melalui pengembangan pertanyaan-pertanyaan yang lebih terarah, detail atau rinci. Dengan demikian guru harus selalu menjaga suasana agar investigasi tidak berhenti di tengah jalan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulakan bahwa Investigasi adalah proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan selanjutnya orang tersebut mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat membandingkannya dengan perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau lebih hasil.

   B. Model Pembelajaran Investigasi kelompok
Menurut Aunurrahman (2009:152) Seorang guru dapat menggunakan strategi investigation kelompok di dalam proses pembelajaran dengan beberapa keadaan, antara lain sebagai berikut:
1.      Bilamana guru bermaksud agar siswa-siswa mencapai studi yang mendalam tentang isi atau  materi, yang tidak dapat dipahami secara memadai dari sajian-sajian informasi yang terpusat  pada guru.
2.       Bilamana guru bermaksud mendorong siswa untuk lebih skeptis tentang ide-ide yang  disajikan dari fakta-fakta yang mereka dapatkan.
3.      Bilamana guru bermaksud meningkatkan minat siswa terhadap suatu topik yang memotivasi mereka membicarakan berbagai persoalan di luar kelas.
4.      Bilamana guru bermaksud membantu siswa memahami tindakan-tindakan pencegahan yang diperlukan atas interpretasi informasi yang berasal  dari penelitian-penelitian orang  lain yang mungkin dapat mengarah pada pemahaman  yang kurang positif.
5.      Bilamana guru bermaksud mengembangkan keterampilan-keterampilan penelitian,yang selanjutnya dapat mereka pergunakan di dalam situasi belajar yang lain, seperti  halnya cooperative learning.
6.      Bilamana guru menginginkan peningkatan dan perluasan kemampuan siswa.
Menurut Killen ( dalam Aunurrahman, 1998 : 146) memaparkan beberapa ciri essensial investigasi kelompok sebagai pendekatan pembelajaran adalah:
1.      Para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan memilki independensi terhadap  guru.
2.      Kegiatan-kegiatan siswa terfgokus pada upaya menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan.
3.      Kegiatan belajar siswa akan selalu mempersaratkan mereka untuk mengumpulkan   sejumlah data, menganalisisnya dan mencapai beberapa kesimpulan.
4.      Siswa akan menggunakan pendekatan yang beragam di dalam belajar.
5.      Hasil-hasil dari penelitian siswa dipertukarkan di antara seluruh siswa.
Ibrahim.(dalam Yasa, 2000:23) menyatakan dalam kooperatif tipe investigasi kelompok  guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa heterogen dengan mempertimbangkan keakraban dan minat yang sama dalam topik tertentu. Siswa memilih sendiri topik yang akan dipelajari, dan kelompok merumuskan penyelidikan dan menyepakati pembagian kerja untuk menangani konsep-konsep penyelidikan yang telah dirumuskan. Dalam diskusi kelas ini diutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa.
Berdasarkan uraian di atas bahwa model pembelajaran investigasi kelompok adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok yang bersifat heterogen dimana setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama dalam mencapai tujuan pembelajaran.
  C.     Tahapan Melaksanakan Metode Investigasi Kelompok
Slavin (2009: 218), mengemukakan tahapan-tahapan dalam menerapkan pembelajaran investigasi kelompok adalah sebagai berikut:


         a)Tahap 1. Mengidentifikasikan Topik dan Mengatur Murid ke dalam Kelompok (Grouping)
1.      Para siswa meneliti beberapa sumber, memilih topik, dan mengkategorikan saran-saran.
2.      Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang  telah mereka pilih.
3.      Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen.
4.      Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan.
        b)Tahap 2: Merencanakan Tugas yang akan Dipelajari (Planning)
1.      Para siswa merencanakan bersama mengenai:
·         Apa yang kita pelajari ?
·         Bagaimana kita mempelajarinya?
·         Siapa melakukan apa? (pembagian tugas).
·         Untuk tujuan atau kepentingan apa kita menginvestigasi  topik ini? 

        c)Tahap 3: Melaksanakan Investigasi ( Investigation)
1.      Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat  kesimpulan.
2.      Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya.
3.      Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesis semua   gagasan.
       d)Tahap 4: Menyiapkan Laporan Akhir (Organizing)
            1. Anggota kelompok menentukan pesan-pesan essensial dari proyek mereka.
  1. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka.
  2. Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.
        e)Tahap 5: Mempresentasikan Laporan Akhir (Presenting)
1.       Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.
  1. Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif.
  2. Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi    berdasarkan kreteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas.
f)  Tahap 6: Evaluasi (Evaluating)
1.       Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefktifan pengalaman-pengalaman mereka.
  1. Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa.
  2. Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi.
   D.Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran secara Investigasi
1.      Pengertian Masalah
Suatu pertanyaan akan menjadi masalah jika pertanyaan itu menunjukan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui oleh si pelaku ( Fadjar Shadiq, 2004: 10). Definisi di atas mengandung implikasi bahwa suatu masalah harus mengandung adanya “tantangan” dan “belum diketahuinya prosedur rutin”. Prosedur rutin di sini adalah soal yang penyelesainnya sudah bisa ditebak, diketahui rumusnya, dan hanya dengan satu atau dua langkah soal sudah terselesaikan. Tidak semua pertanyaan merupakan suatu masalah. Bagi seseorang suatu pertanyaan bisa menjadi suatu masalah sedang bagi orang lain  tidak.
Masalah berbeda dengan soal latihan. Pada soal latihan, siswa telah mengetahui cara menyelesaikannya, karena telah jelas hubungan antara yang diketahui dengan yang ditanyakan, dan biasanya ada contoh soal. Pada masalah siswa tidak tahu bagaimana cara menyelesaikannya, tetapi siswa tertarik dan tertantang untuk menyelesaikannya.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diartikan  bahwa suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu  menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui oleh penjawab pertanyaan, sebab suatu masalah bagi seseorang dapat menjadi bukan masalah bagi orang lain karena ia sudah mengetahui prosedur untuk menyelesaikannya.
2.      Pemecahan masalah
Dalam pembelajaran matematika, masalah-masalah yang sering dihadapi siswa berupa soal-soal atau tugas-tugas yang harus diselesaikan siswa. Pemecahan masalah dalam hal ini adalah aturan atau urutan yang dilakukan siswa untuk memecahkan soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Menurut Wardhani (2006:16), pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya kedalam situasi baru yang belum dikenal. Dengan demikian ciri dari penugasan berbentuk pemecahan masalah adalah:
a)      Ada tantangan dalam materi, tugas, atau soal.
b)      Masalah tidak dapat diselesaikan dengan menggunakan prosedur rutin yang sudah diketahui penjawab.
Dari uraian diatas dapat diartikan bahwa dalam pemecahan masalah siswa didorong dan diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berinisiatif dan berfikir sistematis dalam menghadapi suatu masalah dengan menerapkan pengetahuan yang didapat sebelumnya.


3.      Langkah-langkah menyelesaikan masalah
Menurut Polya (1973:5-22), ada empat langkah dalam menyelesaikan masalah yaitu:
Ø  Memahami masalah
Pada kegiatan ini yang dilakukan adalah merumuskan: apa yang diketahui, apa yang  ditanyakan, apakah informasi cukup, kondisi (syarat) apa yang harus dipenuhi, menyatakan kembali masalah asli dalam bentuk yang lebih operasional (dapat dipecahkan).
Ø  Merencanakan pemecahannya
Kegiatan yang dilakukan pada langkah ini adalah mencoba mencari atau mengingat masalah yang pernah diselesaikan yang memiliki kemiripan dengan sifat yang akan dipecahkan, mencari pola atau aturan , menyusun prosedur penyelesaian.
Ø  Melaksanakan rencana
Kegiatan pada langkah ini adalah menjalankan prosedur yang telah dibuat   pada langkah sebelumnya untuk mendapatkan penyelesaian .
Ø  Memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian
Kegiatan pada langkah ini adalah menganalis dan mengevaluasi apakah prosedur yang diterapkan dan hasil yang diperoleh benar, apakah ada prosedur lain yang lebih efektif , apakah prosedur yang dibuat dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah sejenis, atau apakah prosedur dapat dibuat generalisasinya.
4.      Stategi pemecahan masalah
Menurut Polya dan Pasmep (Fajar Shadiq, 2004:13) beberapa strategi pemecahan masalah antara lain:
Ø  Mencoba-coba
Strategi ini biasanya digunakan untuk mendapatkan  gambaran umum pemecahan masalah (trial and error). Proses mencoba-coba ini tidak akan selalu berhasil, adakalanya gagal. Proses mencoba-coba dengan menggunakan suatu analisis yang tajam sangat dibutuhkan pada penggunaan strategi ini.
Ø  Membuat diagram
Strategi ini berkait dengan pembuatan sket atau gambar untuk mempermudah memahami masalah dan mempermudah mendapatkan gambaran umum penyelesaiannya. Dengan strategi ini, hal-hal yang diketahui tidak sekedar dibayangkan namun dapat dituangkan ke atas kertas.
Ø  Mencobakan pada soal yang lebih sederhana
Strategi ini berkait dengan penggunaan contoh-contoh khusus yang lebih mudah dan lebih sederhana, sehingga gambaran umum penyelesaian masalah akan lebih mudah dianalisis  dan akan lebih mudah ditemukan.
Ø  Membuat tabel
Strategi ini digunakan untuk membantu menganalisis permasalahan atau jalan pikiran, sehingga segala sesuatunya tidak hanya dibayangkan saja.
Ø  Menemukan pola
Strategi ini berkait dengan pencarian keteraturan-keteraturan. Keteraturan yang sudah diperoleh  akan lebih memudahkan  untuk menemukan penyelesaian masalahnya.
Ø  Memecah tujuan
Strategi ini berkait dengan pemecahan tujuan umum yang  hendak dicapai. Tujuan pada bagian ini dapat digunakan sebagai batu loncatan untuk mencapai tujuan yang sebenarnya.
Ø  Memperhitungkan setiap kemungkinan
Strategi ini berkait dengan penggunaan aturan- aturan yang dibuat sendiri oleh para pelaku selama proses pemecahan masalah berlangsung sehingga dapat dipastikan tidak akan ada satu alternatif yang terabaikan.
Ø  Berpikir logis
Strategi ini berkaitan dengan penggunaan penalaran ataupun penarikan kesimpulan yang sah atau valid dari berbagai informasi atau data yang ada.
Ø  Bergerak dari belakang
Dalam strategi ini proses penyelesaian masalah dimulai dari apa yang ditanyakan, bergerak menuju apa yang diketahui. Melalui proses tersebut dianalisis untuk dicapai pemecahan masalahnya.
Ø  Mengabaikan hal yang tidak mungkin
Dalam strategi ini setelah memahami masalah dengan merumuskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Bila ditemukan hal yang tidak berhubungan dengan apa yang diketahui dan apa ditanyakan sebaiknya diabaikan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa dikatakan mampu memecahkan masalah apabila telah memenuhi tahap-tahap pemecahan masalah dan menggunakan strategi yang ada, selain itu pengerjaannya harus sistematis dan jelas.
E.    Kaitan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok dan Kemampuan Pemecahan Masalah
Dari uraian yang telah dijelaskan sebelumnya tampak adanya keterkaitan antara model pembelajaran investigasi kelompok dan kemampuan pemecahan masalah. Pada tahap-tahap Investigasi kelompok yaitu : Pengelompokkan, perencanaan, penyelidikan, pengorganisasian, persentase dan evaluasi. Dari tahap-tahap investigasi kelompok ini berkembang langkah-langkah pemecahan masalah, yaitu: memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, melaksanakan rencana pemecahan masalah dan memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian.

















Daftar Pustaka
Abeefatihazzuri. 2010. Model Pembelajaran Investigasi. (Online). http://id.shvoong.com /social-sciences/sociology/1964875-model-pembelajaran-investigasi/. (diakses 3 November 2012)
BSNP. 2010. Standar Isi. (Online). http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=103/ . (3 November 2012)
Krisna. 2009. Pengertian Dan Ciri-ciri   Pembelajaran. (Online). http://krisna1.blog.uns. ac.id/2009 /10/19/pengertian-dan-ciri-ciri-pembelajaran/ . (3 November 2012)
Robertusmargana.2009. Proses dan Strategi Pemecahan Masalah. (Online).http://4.25.3.32/search?q=cache:EtKvb77XwWYJ:robertmath4edu.wordpress.com/2009/01/15/proses-dan-strategi-pemecahan masalah/+langkahlangkah+dalam+menyelesaikan+soal+pemecahan+masalah&cd=7&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a. (3 November 2012)
Proposal Penelitian. Bandung: PPS UPI  Bandung..(Online).  http://74.125.153.132/search?q=cache:qF6J2Ea4kNsJ:www.scribd.com/doc/16862558/ProposalJoko+contoh+proposal+investigasi+kelompok+penelitian+experimen&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a.  (3 November 2012)

0 komentar:

Posting Komentar